07 June 2013

"Kau kalah! Kau kalah!"

bismillahirrahmanirrahim..

Kadang-kadang bila aku sampai tahap jatuh, muka sendiri pun malu ditatap di cermin. Serasa ditampar dengan ejekan bayang sendiri, "Kau kalah! Kau kalah!" Selendang tersarung dirasa camping. Kaca mata terlekap dirasa senget. Jalan lurus nampak bengkok. Laluan landai persis bukit didaki.

Sebenarnya Allah mengajar aku keindahan pada setiap kelemahan diri. Paling ketara; cuai.

Tanpa sengaja orang sekeliling aku terheret sama gara-gara cuai. Tidak pernah meminta supaya ditolong, tetapi sungguh Allah benar-benar menapis sahabat yang benar-benar sahabat. Ah, betapa dengan cuai aku kenal siapa sahabat! SubhanaAllah.

Kenapa cuai? Sebab tidak berhati-hati. Sebab minda tidak dijejakkan pada tapaknya; menerawang.  Sungguh Allah benar-benar mendidik dengan sabar. Ah, betapa dengan cuai aku jadi lebih fokus dan teliti!

Sebenarnya Allah sama-sama mengajar kita keindahan pada setiap kelemahan diri teman! Karakter berbeza itu bukan penghalang dalam dakwah. Kelemahan bukan bermakna kau gagal melangkah. Kau belum kalah. Kau belum kalah. Titik.

-----

"Para sahabat adalah figur-figur menarik yang penuh warna, menggambarkan sosok mereka sebagai manusia biasa, namun kemuliaan senantiasa terukir dalam ke-biasa-annya itu.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Tetapi kebesaran itu bermula dari satu prinsip yang dipegang teguh. Satu saja, kecil saja. Tetapi istiqamah.

Abu Bakar Ash Shiddiq. Benar, membenarkan dan dibenarkan. Mengapa? Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan Rasulnya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar, "Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dacing dan iman Abu Bakar pada dacing yang lain, niscaya iman Abu Bakar lebih berat." SubhanaAllah!

Umar Al Faruq. Ia sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, jujur pada Allah, jujur pada manusia. Keras, tak kenal takut. Da'wah terang-terangan, hijrah terang-terangan dan gemeretaknya gigi orang kafir dan orang munafik.

Utsman Dzun Nurain, si pemalu berakhlaq mulia. Malu tak hanya pada manusia, tetapi lebih dari itu, pada Allah. Ia selalu malu pada Allah. Ia malu, jika nikmat-nikmat Allah tak ia nafkahkan di jalanNya. Maka ribuan unta menyertai perang Tabuk.

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya.......... " - Salim A. Fillah, Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, hlmn. 102-105.

[Senyuman Afghan. ehsan]

No comments: